“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan."
(QS. Al-Alaq:1)
Ketika itu, Jibril datang menghampiri manusia paling mulia, Rasulullah SAW. Gua Hira, menjadi saksi peristiwa bersejarah yang terus dicatat hingga akhir zaman.
"Bacalah!" Perintah Jibril.
Ini kali pertama Rasulullah SAW bertemu dengannya, segala macam perasaan berkecamuk di dada, tidak pernah terbayang dalam benaknya melihat Jibril dalam wujud yang asli.
"Aku tidak bisa membaca," jawab Rasulullah SAW berulang-ulang, sampai akhirnya beliau berusaha membaca.
Lalu turunlah ayat dari Allah SWT Sang Pencipta Alam. “Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan“ (QS. Al-Alaq: 1)
Abi dan Ummi, itulah sepenggal kisah tentang turunnya ayat pertama yang menjadi pintu gerbang masa kerasulan nabi Muhammad SAW. Perintah untuk membaca telah turun sejak ratusan tahun yang lalu. Allah SWT mengajari kita banyak hal melalui aktivitas membaca dengan perantaraan pena.
Alangkah baiknya jika buah hati kita terbiasa dengan aktivitas positif ini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas London, mereka yang sering membaca pada usia 10 tahun dan telah membaca buku serta surat kabar lebih dari sekali seminggu di usia 16 tahun lebih mampu menguasai kosa kata dibandingkan mereka yang kurang membaca.
Menurut Alice Sullivan, penanggung jawab penelitian, ada kemungkinan kemampuan membaca yang kuat akan memungkinkan anak-anak mampu menyerap dan memahami informasi baru.
Ada beberapa tips yang bisa Abi dan Ummi coba agar anak gemar membaca:
(QS. Al-Alaq:1)
Ketika itu, Jibril datang menghampiri manusia paling mulia, Rasulullah SAW. Gua Hira, menjadi saksi peristiwa bersejarah yang terus dicatat hingga akhir zaman.
"Bacalah!" Perintah Jibril.
Ini kali pertama Rasulullah SAW bertemu dengannya, segala macam perasaan berkecamuk di dada, tidak pernah terbayang dalam benaknya melihat Jibril dalam wujud yang asli.
"Aku tidak bisa membaca," jawab Rasulullah SAW berulang-ulang, sampai akhirnya beliau berusaha membaca.
Lalu turunlah ayat dari Allah SWT Sang Pencipta Alam. “Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan“ (QS. Al-Alaq: 1)
Abi dan Ummi, itulah sepenggal kisah tentang turunnya ayat pertama yang menjadi pintu gerbang masa kerasulan nabi Muhammad SAW. Perintah untuk membaca telah turun sejak ratusan tahun yang lalu. Allah SWT mengajari kita banyak hal melalui aktivitas membaca dengan perantaraan pena.
Alangkah baiknya jika buah hati kita terbiasa dengan aktivitas positif ini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas London, mereka yang sering membaca pada usia 10 tahun dan telah membaca buku serta surat kabar lebih dari sekali seminggu di usia 16 tahun lebih mampu menguasai kosa kata dibandingkan mereka yang kurang membaca.
Menurut Alice Sullivan, penanggung jawab penelitian, ada kemungkinan kemampuan membaca yang kuat akan memungkinkan anak-anak mampu menyerap dan memahami informasi baru.
Ada beberapa tips yang bisa Abi dan Ummi coba agar anak gemar membaca:
1. Memberi Contoh Terlebih Dahulu
Abi dan Ummi, anak-anak peniru ulung. Mereka tidak akan bisa sama persis
seperti diri kita, tapi mereka tidak pernah gagal meniru. Cara paling
efektif agar anak suka membaca dengan memberi contoh, menunjukkan kita
menyukai aktivitas tersebut.
Tampakkan di hadapannya jika membaca buku sangat menyenangkan. Kita bisa
membaca dengan wajah yang ekspresif supaya anak penasaran. Misalnya
tersenyum sendiri saat membaca, mengerutkan kening, atau yang lainnya.
Anak akan bertanya, "Kenapa Mi, kok ketawa sendiri?"
Saat itu kita bisa melibatkan anak. Menceritakan ulang isi buku yang kita baca.
Jika kita memiliki koleksi buku, tunjukkan pada anak bagaimana cara kita
memperlakukan buku dengan baik. Lalu katakan, "Buku itu barang
kesayangan ummi, ummi suka baca buku."
2. Sering Mengajak Anak ke Toko Buku
Ajaklah anak kita ke toko buku, perpustakaan, taman baca, atau sekadar
berburu buku bekas. Biarkan anak menyentuh dan membuka buku-buku yang
terpajang. Sekali waktu kita bisa menyisihkan uang, membelikan mereka
buku yang menarik isinya. Lama kelamaan anak akan terbiasa dengan
suasana tersebut, lalu menikmatinya.
3. Menyediakan Waktu Khusus Membacakan Buku
Hanya membeli buku tapi tidak punya waktu khusus membacakannya sama
seperti membeli barang tapi tidak dipakai. Membaca buku bersama anak
bisa menjadi sarana menjalin kedekatan. Anak-anak membutuhkan waktu yang
berkualitas bersama kita. Membaca buku bisa menjadi momen yang tepat.
Agar anak fokus dengan dengan aktivitas membaca, kita perlu menciptakan
suasana yang kondusif. Misalnya: mematikan televisi dan menyimpan
handphone agar aktivitas membaca tidak terganggu.
Ketika anak menikmati saat-saat membaca dan mendapatkan waktu yang berkualitas, mereka akan menagihnya, lagi dan lagi.
4. Membaca dengan Ekspresi yang Hidup
Abi dan Ummi, anak balita memiliki rentang waktu konsentrasi yang
pendek. Mereka cepat bosan. Agar anak tidak segera beralih ke aktivitas
lain, kita bisa menyiasatinya dengan cara membaca buku disertai ekspresi
yang hidup.
Misalnya, mengubah suara saat membaca tokoh-tokoh yang berbeda,
menggunakan gerakan-gerakan, mengekspresikan emosi tokoh cerita, dan
lain-lain.
Membaca dengan ekspresi yang hidup dapat melatih imajenasi anak, mereka akan larut dalam cerita dan melupakan kebosanannya.
5. Memilih Buku Sesuai Usia
Anak usia balita sangat tertarik dengan buku bergambar yang
berwarna-warni. Kita bisa memilih buku dengan huruf yang tercetak lebih
besar dari ukuran normal dengan tulisan yang tidak panjang. Sekali waktu
kita bisa memperkenalkan hurufnya satu persatu dengan suasana yang
nyaman, tanpa paksaan.
Memilih buku bisa disesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga. Tidak
harus membeli buku dengan harga yang mahal, buku-buku bekas atau
meminjam dari perpustakaan juga bisa menjadi solusi.